Monday 30 November 2015

Maryono & Ireng Maulana - Maryono Jumpa Ireng (Granada 1981)


Dua dedengkot jazz bertemu dalam satu album jazz yang kolaboratif, Ireng Maulana (gitar dan banjo) serta Maryono (klarinet dan alto saxophone).

Dari ke 10 lagu yang dibawakan di album ini sama sekali tak ada satu pun yang merupakan repertoar musik jazz, melainkan sederet lagu-lagu pop serta lagu daerah yang oleh Ireng Maulana sebagai arranger ditafsirkan menjadi sebuah karya jazz yang hangat.

Penampilan Maryono dan Ireng Maulana pun tak membuat dahi berkernyit. Sebuah penampilan musik yang bisa menemani saat relaksasi anda.

Maryono sendiri memperlihatkan kepiawaiannnya meniup alto saxophone dan klarinet dalam beberapa komposisi seperti “Symphoni Yang Indah” karya Robby Lea yang dipopulerkan oleh Bob Tutupoly, kini tampil secara paripurna lewat tiupan klarinetnya yang melodius tapi tetap tak menghilangkan kadar improvisasi seperti galibnya karya jazz.

Album kolaborasi Ireng dan Maryono ini pun dipertegas dengan aksentuasi brass section yang dimainkan oleh Udin Zach (flute,tenor saxophone), Etto Latumenten (trumpet) dan Pramono (trombone) dengan rhythm section yang didukung Rony Isani (bass), Karim Suweileh (drums), Arman Marah (keyboard) dan Dullah Suweileh (perkusi). Jangan lupa dibeberapa lagu tampil pula harmonisasi voicing yang disurakan Pretty Sisters.

Lagu lagu yang pantas disimak antara lain “Kesepian” karya A. Riyanto, “Semua Bisa Bilang” karya Charles Hutagalung, serta “Citra” karya Sam Bimbo dan Jaka Bimbo.

Track List 
1.Semua Bisa Bilang
2.Citra
3.Panggayo
4.Kesepian
5.Layu Sebelum Berkembang
6.Kerinduan
7.Hanya Untukmu
8.Kelopak Cinta
9.Tabah Selalu
10.Symphony Yang Indah

Indra Lesmana - From Sydney With Jazz (Suara Irama Indah 1982)

   
     Album bertajuk “From Sydney With Jazz” ini dibuat di saat Indra Lesmana masih bermukim di Sydney bersama keluarganya Jack Lesmana dan Nien Lesmana serta kakaknya Mira Lesmana,yang saat itu ikut menemani Indra Lesmana yang tengah mengikuti program beasiswa “Jazz Studies”.

     Disini Indra Lesmana yang berusia 16 tahun memainkan beberapa komposi musik pop, juga jazz standar serta beberapa karya originalnya sendiri diatas tuts electric grand piano secara solo.

     Kemampuan seorang pianis jazz dalam memainkan piano teruji lewat penampilan secara solo. Karena dengan piano solo, sang pianis harus tampil secara utuh mulai dari rhythm section hingga saat melakukan penelusuran notasi melodinya. Jelas ini merupakan tantangan berat, apalagi untuk pianis jazz belia seusia Indra Lesmana saat itu.

     Namun, setelah menyimak permainan Indra Lesmana di album ini kita pun sama sama mengakui bahwa Indra memang seorang pemusik jazz jenius yang telah terlatih bermain jazz saat masih bocah ingusan.

     Beberapa karya pop standar dimainkan Indra Lesmana dalam sentuhan yang hangat dan bersahabat semisal “Yesterday” (The Beatles),”The Way We Were” (Barbra Streisand) maupun “Still” (Commodores).

     Tak ketinggalan interpretasi piano solo terhadap karya bossanova legendaris milik Antonio Carlos Jobim bertajuk “Wave”. Lagu ini awalnya bertajuk “Vou Te Contar” yang pertamakali dibawakan Jobim secara instrumental pada tahun 1967. Kemudian diterjemahkan menjadi “Wave” ketika Frank Sinatra menyanyikan lagu yang romantis itu dalam bahasa Inggeris pada tahun 1969. Lalu Indra Lesmana mulai menembus wilayah musik etnik dengan menafsir ulang lagu “Gambang Suling” karya Ki Narto Sabdo.

     Tak ketinggalan Indra menyisipkan dua kompoosisi karyanya sendiri masing-masing “Children Of fantasy” dan “Venus”.Jika kita menyimak secara seksama maka kita akan menemukan pengaruh notasi yang kerap menjadi ciri Chick Corea. Hal ini lumrah, karena di saat itu Indra Lesmana memang tengah menggandrungi karya karya Chick Corea yang khas itu. Dan hal ini memang masih dalam taraf yang wajar, karena dalam usia semuda itu jelas Indra masih tengah mencari jati diri musikal.

     Jika anda ingin menelusuri karya karya jazz di awal karir musik Indra Lesmana, maka album ini semestinya telah anda simak.

Track List

1.Yesterday
2.The Way We Were
3.Still
4.Wave
5.Impromptu
6.Venus
7.Autumn Leaves
8.Children of Fantasy
9.Gambang Suling
10.More

Helly – Chicha Koeswoyo (Yukawi – 1975)

     Dulu hampir tiap hari terdengar suara bocah perempuan bernyanyi,Artikulasinya jelas dan bening,jangkauan nadanya tinggi.Dia dalah Chicha Koeswoyo,puteri pertama Nomo Koeswoyo,mantan drummer Koes Bersauadara yang saat itu tengah asyik mengelola No Koes, grupnya sendiri yang mencoba membayangi Koes Plus. Disamping itu, Nomo yang bernama asli Koesnomo Koeswoyo itu pun berada dijajaran penting perusahaan rekaman milik A Cet atau Darmawan yaitu Yukawi yang bermarkas di Bogor.
     Naluri bisnisnyalah yang akhirnya menempatkan Nomo di posisi penting Yukawi. Intuisi bisnis dan musiknya juga yang berhasil mengendus talenta sang anak,yang saat itu juga sudah ikut kursus ballet.
     Dan hampir semua radio memutar lagu “Helly” yang ditulis Nomo Koeswoyo.Chicha seperti memercikkan pesona luar biasa terhadap khalayak :

Aku punya anjing kecil 
Kuberi nama Helly 
Dia senang bermain main 
Sambil berlari 
Helly….kemari 
Ayo lari lari.










     Fokus pun tertuju ke sosok Chicha yang imut dan bikin gemes. Komentar dari para ahli musik pun banyak terlontar termasuk Bu Fat pengasuh acara “Ayo Menyanyi” di TVRI yang ditulis oleh majalah Tempo edisi Mei 1976 :” “Suara Chicha masih asli, dia tidak mencuri harga nada. Ia tidak banyak menggunakan variasi, lirik-liriknya sederana, sehingga anak-anak gampang menerimanya”, kata ibu ini yang pada pokoknya memang mau mengatakan bahwa Chicha dengan Hellinya itu memang bagus. A Mahmud,komposer lagu anak-anak pun angkat bicara :

     “Sebuah lagu akan digemari anak-anak, apabila setelah mendengar lagunya tubuh si anak akan ikut bergerak”, kata Mahmud.

     Pandangan ini menyebabkan ia mengambil tiga faktor utama dalam lagu anak-anak: bisa didengar, iringan musik yang memungkinkan anak-anak bergerak dan aransemen yang tidak terlalu rumit. Ketiga faktor ini dianggap ada dalam album Chicha. “Hanya saja dalam kedua album itu iringannya terlalu ramai. Kalau bisa disederhanakan akan lebih baik hasilnya”, ujar AT Mahmud.Album Chicha yang pertama berisi 11 buah lagu: Helli, Kelinciku, Perhitung, Sepasang Burung, Dang-dang tut, Loncengku, Si Gendut, Nasehat Ibu, Hompimpa, Ke Rumah Paman, Tarik Tambang. Adanya selang-seling yang jelas antara lagu yang iramanya cepat dengan yang iramanya lebih santai, menyebabkan lagu-lagu itu memperoleh posisi yang baik untuk sama-sama menonjol.

     Kesederhanaan liriknya, kesederhanaan lagunya, memungkinkan banyak pengulangan tanpa ada perasaan bosan. Lagu semacam Helli atau Dang-dang tut misalnya, bisa dinyanyikan tak putus-putusnya. Lagu-lagu ini seperti diikuti oleh gerak yang mengasyikkan. Lagu ini penuh dengan isi jiwa anak-anak itu sendui, seakan-akan dia langsung dilemparkan dari hati Chicha, meskipun yang menulisnya adalah No Koes. Dengan pukulan-pukulan drum yang hidup dan segar, serta juga suara bas yang tidak mengekang dirinya dalam bervariasi, album ini jadi segar. Apalagi Chicha tampaknya memiliki temperamen seorang yang praktis dan enerjik, sehingga suaranya menjadi netral sekali, tidak menyebabkan kita mengusutnya apa dia gadis kecil atau anak lanang.
   
     Lagu-lagu yang tanpa pretensi itu dibawakannya dengan tanpa memulus-muluskan suara, akan tetapi dengan intensitas yang mantap dan stamina yang terjaga ketat sampai lagu terakhir. Lagu Loncengku misalnya yang menampilkan suasana anak-anak bersekolah, ada menyarankan nasehat, tapi tidak terlalu kentara. Ada sesuatu yang bertenaga, praktis, ada suasana yang jauh dari menghiba-hiba, ada ketegasan dan kegairahan dalam suara Chicha. Ini bisa membuat kita berpikir kembali, bahwa potret dunia anak-anak sebagaimana terpantul dari lagu-lagu ciptaan Pak Kasur misalnya sudah harus direvisi.

     Siapa tahu justru inilah faktor yang terbesar rahasia kelarisan Chicha. Karena kalau kita benar-benar menelaahnya, tidak ada sesuatu yang benar-benar luar biasa dari anak kecil ini yang mungkin tak lama lagi akan terlalu cepat dewasa lantas dicampakkan oleh publiknya sendiri. Itulah yang ditulis majalah Tempo Mei 1976.Bahkan sampul depan Tempo dihiasi sketsa wajah Chicha Koeswoyo.
ditolak,hingga perselingkuhan.Ah……miris banget.

Sunday 29 November 2015

khasiat minyak yarrow untuk kecantikan kulit

   
Minyak yarrow. ©Shuterstock
 










     Kamu yang akrab dengan kosmetik impor pasti sudah pernah mendengar tentang yarrow. Ekstrak tumbuhan ini sering digunakan dalam produk-produk perawatan kulit. Sebenarnya apa itu yarrow dan apa khasiatnya?

     Achillea Millefolium atau yarrow adalah tumbuhan liar yang dapat ditemui di daerah beriklim dingin seperti daerah belahan bumi utara Asia, Amerika Utara, dan Eropa. Tumbuhan ini sudah dipercaya sebagai obat alami sejak berabad-abad lalu. Berikut ini khasiat yarrow untuk kecantikan.

     Menurut National Libray of Medicine, mengaplikasikan minyak yarrow pada luka akan membantu pembentukan lapisan pelindung yang bisa membuat luka lebih cepat sembuh.

Menjadikan kulit sehat dan awet muda

     Yarrow kaya akan emolien yang bagus untuk kulit. Aplikasikan minyak yarrow pada kulit untuk mendapatkan wajah yang terlihat lebih muda dan sehat.

Atasi bekas luka

     Minyak yarrow juga dapat membantu dengan menyamarkan bekas jerawat, luka, dan infeksi kulit lainnya secara alami. Oleskan minyak esensial ini dan dalam hampir beberapa minggu kulit akan bersih dari bekas luka.

Mendinginkan kulit

     Yarrow juga mengandung bahan penyejuk dan pendingin alami. Ini membuatnya ampuh untuk menenangkan kulit yang terbakar matahari.


BLOG ARTIKEL TERBARU - Blog Info Terbaru dan Situs Berita Online

Saturday 28 November 2015

Payung Teduh - Dunia Batas (Ivy League Music – 2012)

     Ada sensasi yang menggeelegak saat menyimak album kedua kelompok Payung Teduh bertajuk “Dunia Batas”, yakni sensasi akan bunyi-bunyian musik dan senandung lirih yang nyaris tak ditemui lagi dalam perangai musik saat sekarang ini.

     Di album ini saya seperti tengah menyimak rekaman lagu lagu hiburan era perusahaan rekaman Irama dan Lokananta.Penyanyi yang tampil tanpa rekayasa teknologi, yang mengingatkan kita akan pesona biduan atau crooner. Dan di album ini saya bisa menikmati petikan gitar akustik yang ditingkahi aksentuasi ukulele hingga selinap bunyi akoredeon yang seolah representasi romantisme hikayat asmara. Simak lah “Angin Pujaan Hujan” yang menyusupkan perangai musik keroncong , musik yang kerap diabaikan pemusik belia sekarang yang kerap terjebak pola western dalam menggarap ekspresi bermusiknya.

     Kuartet yang terdiri atas Ivan (gitar,guitar lele,suara latar),Cito (drums,perkusi), Comi (doublebass) dan Is (vokal utama,gitar,perkusi) ini seperti ingin menyampaikan sebuah riak musik yang santun dan menyejukkan. Perpaduan lirik dan melodi yang harmonal. Mereka ingin bertutur dengan bahasa yang lebih sederhana dan berusaha untuk lebih Indonesia. Torehan lirik seperti ini memang kerap kita jumpai di masa silam di era romantika musik Indonesia saat Ismail Marzuki,Maladi hingga Mochtar Embut menata kata.

     Saya yakin anda pasti telah begitu lama tak menjumpai untaian lirik lirik seperti lirik lagu “Resah” dibawah ini :

Aku ingin berjalan bersamamu
Dalam hujan dan malam gelap
Tapi aku tak bisa melihat matamu

Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu

Aku menunggu dengan sabar
Di atas sini, melayang-layang
Tergoyang angin, menantikan tubuh itu

Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmu

     Musik folk yang menjadi pilihan Payung Teduh adalah musik yang menjadi kendaraan anak anak muda era generasi bunga untuk menjejalkan pesan pesan lewat lagu.Entah itu pesan beraroma romansa maupun gugat politik dalam wacana protest song.

     Harmoni musik ala Croby Still Nash and Young,The Beach Boys maupun The Carpenters memang telah menjadi penanda para baby boomers yang saya yakini menjadi mata air inspirasi dari kuartet akustik folk ini baik disadari maupun tidak.

     Dan,Payung Teduh telah melakukan tugasnya dengan baik : mengadaptasi musik western dalam bingkai yang lebih Indonesia.

Dunia Batas – Payung Teduh

Zakia – Achmad Albar (Sky Record 1979)

     Dunia musik rock tanah air gempar,ketika pada  tahun 1979,dedengkot God Bless Achmad Albar
merilis album dangdut bertajuk “Zakia”.Tak hanya Albar,album ini pun menyertakan gitaris God Bless Ian Antono sebagai music directornya.

     Konon imbalan untuk menyanyikan lagu-lagu berkonotasi dangdut di album “Zakia”,Achmad Albar meraup honor sekitar Rp 25 juta.Sebuah jumlah fantastik pada saat itu.  Penampilan Achmad Albar dalam video klip “Zakia” yang ditayangkan TVRI menyertakan penari penari dari Swara Maharddhika pimpinan Guruh Soekarno Putera.

     Dari 9 lagu yang termaktub di album ini,7 diantaranya adalah karya Ian Antono dan Achmad Albar,selebihnya merupakan karya dari M.Harris (“Pernyataan”) dan Titiek Puspa (“Obral”).
Lagu “Zakia: memang cukup catchy .Ian Antono tampaknya sengaja mengimbuh atmosfer musik Timur Tengah dalam arransemen musiknya.Bahkan riffing pada introduksi lagu tersimak kemiripan dengan riffing lagu “Thick As  A Brick” nya Jethro Tull.

     Menariknya,vokal Achmad Albar ternyata memang pas pula untuk dimensi dangdut.
Ian Antono pun patut dipuji kepiawaiannya menata musik dangdut yang tidak serampangan.
Jika menyimak album ini,rasanya kita pun merasakan aura seperti The Beatles membawakan “Within You Without You” dengan pengaruh musik India pada album “Sgt Pepper’s Lonely HeartsClub Band” atau pun orkestrasi dan lekukan melodi Timur Tengah dalam “Kashmir” nya Led Zeppellin.
Setelah “Zakia”,tak lama berselang muncullah Reynold Panggabean dan Camellia Malik lewat proyek Tarantula yang menyertakan sederet rockers seperti Harry Anggoman,Abadi Soesman dan Fadil Usman.
 
TRACK LIST
 
1.ZAKIA
2.KARENA HARTA
3.MAWAR MERAH
4.RAJA KUMBANG
5.PERNYATAAN
6.OBRAL
7.TUHAN ADA
8.BEKU
9.RAJASEHAR

Zakia – Achmad Albar


Thursday 26 November 2015

Jazz Masa Kini – Abadi Soesman Jazz Band (AR 1982)

     Memasuki era 80-an pemusik serba bisa Abadi Soesman membentuk Abadi Soesman Jazz Band yang didukung oleh Benny Likumahuwa. Mereka berdua selain sebagai player dan arranger, mereka juga merangkap music director. Genre yang dipilih dalam album ini adalah jazz rock dengan menggabungkan Brazillian/Latin Jazz yang menggunakan alat perkusi serta brass section.

     Abadi Soesman Jazz Band yang terdiri atas Abadi Soesman (piano,keyboard), Benny Likumahuwa (bass,trombone,flute), Marwan (trumpet), Narso (trombone), Lunggo (saxophone), Didiet Maruto (trumpet), Kanda (drums), Dullah Suweilleh (perkusi), Johnny (gitar) serta Ron Reeves perkusionis Australia yang saat itu bermukim di Indonesia. Untuk vokal ada Rien Djamain, almarhum Freddie Tamaela, Mira Soesman dan Eternals Trio.

     Pola jazz rock terasa pada penampilan Freddie Tamaela yang membawakan lagu “Hari Hari” (karya Oetje F. Tekol) yang pertama kali dipopulerkan Gito Rollies pada tahun 1978. Beatnya pun diubah menjadi shuffle dengan susupan brass section yang saling menyilang pada permukaan lagu. Orientasi pada grup jazz rock Chicago maupun Blood Sweat & Tears terasa pada lagu yang arransemennya digurat Benny Likumahuwa. Pada lagu “Kelabu”, Freddie menyemburatkan aroma soul R&B. Terkadang Freddie mencoba meniru pola vokal Maurice White dari Earth Wind & Fire. Terasa soulful.

     Munculnya Rien Djamain tampaknya seolah menetralisir aroma jazz rock yang kental di album ini. Dengan sentuhan poppish Rien Djamain melantunkan “Semua Bisa Bilang”, lagu karya Charles Hutagalung yang pernah dibossanovakan Margie Siegers bersama Jack Lesmana pada tahun 1975.

     Pola Brazillian pun menyeruak pada lagu “Citra” karya Samsuddin Hardjajusumah yang dipopulerkan Bimbo pada tahun 1979. Rien Djamain  pun didaulat menginterpretasikan lagu “Ku Lama Menanti” karya Candra Darusman yang dipopulerkan Chaseiro pada tahun 1980.  Kelemahan justeru terletak pada vokal Mira Soesman yang seolah tanpa darah dan tanpa ekspresi. Mira lebih tepat membawakan lagu beraura pop sebetulnya.

     Ketika Abadi Soesman Jazz Band menampilkan pola instrumental, muncullah dua karya Indra Lesmana yang saat itu memang masih terpukau dengan pesona Chick Corea dengan Latin Jazz Rock yaitu “Children Of Fantasy” dan “Venus”. Di kedua instrumental ini, Abadi memperlihatkan kepiawaiannya memainkan solo synthesizers lewat perangkat mini Moog synthesizers. Teknik glisando yang dijelujurinya mau tak mau mengingatkan kita pada akurasi solo ala Jan Hammer maupun Chick Corea.

     Sebuah karya Jimmie Manoppo “Cinta Merdeka” dan “Gemilang” dari album Chaseiro di tahun 1979 ditampilkan dengan groove jazz rock berlumur aksentuasi brass rock. Seksi tiup ini memang tersimak elok dalam meniti unison yang berimbuh sinkopasi.

     Inilah salah satu jejak jazz yang ditinggalkan Abadi Soesman dalam perjalanan musik nya yang panjang dan sarat warna. Sayangnya keberadaan album ini memang sulit ditemukan, kecuali ditangan para kolektor kaset.

TRACK LIST
1. Hari Hari
2. Semua Bisa Bilang
3. Cinta Merdeka
4. Kelabu
5. Minggu Pag
6. Citra
7. Gemilang
8. Ku Lama Menanti
9. Children Of Fantasy
10. Lelaki
11. Venus
12.Dia

Denny Sakrie
jazz masa kini - abadi soesman jazz band (ar 1892)
jazz masa kini

Tuesday 24 November 2015

Belum Ada Judul – Iwan Fals (Harpa Record 1992)

         Inilah album yang kental nuansa folk-nya.Beraroma singer/songwriter.Entah kenapa setiap menyimak album ini saya selalu tergelitik membanding-bandingkan sosok Iwan Fals dan Bob Dylan yang disemati sebutan protest singer.
CD Belum Ada Judul yang direissue oleh Bravo Records (Foto Denny Sakrie)

   Bagi saya,di album ini Iwan Fals tampil  atas namanya sendiri. Iwan adalah singer/songwriter yang menulis lagu sendiri sekaligus menyanyikannya. Posisi semacam ini jelas lebih personal,lebih dalam dan lebih ekspresif. Menariknya lagi, penggarapan album “Belum Ada Judul” ini berlangsung  live tanpa rekayasa.Iwan memetik gitar,meniup harmonica dan bernyanyi.Sangat bersahaja tapi  banyak makna.

lirik  Coretan Dinding :

Sebab coretan dinding
Adalah pemberontakan kucing hitam
Yang terpojok ditiap tempat sampah, ditiap kota
Cakarnya siap dengan kuku kuku tajam
Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya
Musuhnya adalah penindas
Yang menganggap remeh coretan dinding kota

     Konon Iwan Fals dibayar sekitar Rp 200 juta oleh Handoko Kusuma dari Harpa Record untuk   album yang berisikan lagu-lagu seperti Belum Ada Judul, Besar Dan Kecil, Iya Atau Tidak, Mereka Ada Dijalan, Potret, Di Mata Air Tidak Ada Air Mata, Ikrar, Aku Disini, Mencetak Sawah, Panggilan Dari Gunung, serta Coretan Dinding.

Erwin Gutawa Dulu Adalah Aktor dan Penyanyi Cilik

Erwin Gutawa Dulu Adalah Aktor dan Penyanyi Cilik
Album soundtrack film Sebatang Kara dan Jangan Kau Tangisi
yang dibintangi Erwin Gutawa tahun 1973 dan 1974 (Foto Denny Sakrie)

     Jika ingin mendengar Erwin Gutawa menyanyi maka anda harus simak album soundtrack “Sebatang Kara” (1973) dan “Jangan Kau Tangisi (1974). Di kedua film ini Erwin Gutawa menjadi aktor cilik dan ikut menyanyi.Dalam film Sebatang Kara Erwin Gutawa menyanyikan lagu Sebatang Kara dan Tukang Becak berduet dengan Nanin Sudiar.Di film Jangan Kau Tangisi Erwin menyanyikan lagu Taman Pusara,Si Pincang,Si Miskin dan Indonesia Pusaka.

Badai Pasti Berlalu (1977)

     Album dengan sampul didominasi warna hijau dan menampilkan aktris Christine Hakim tengah berlari ini merupakan album yang tak pernah lekang ditelan zaman, Badai Pasti Berlalu, tahun 2007 ini genap 30 tahun. Album yang digarap Eros Djarot bersama Yockie Soeryoprayogo (arranger/ kibor/drum), Chrisye (bas/vokal), Debby Nasution (kibor/ komposer), Berlian Hutauruk (vokal), Keenan Nasution (drum), dan Fariz RM (drum)  pada tahun 1977 .

     Apa yang membuat album ini istimewa? Kehadirannya memang pada saat yang tepat, saat industri musik tengah booming dengan lagu-lagu pop yang pada zamannya sering diledek sebagai pop cengeng atau pop kacang goreng.

     Lagi pula, pada saat itu sebuah grup musik yang tengah berjaya diperas habis-habisan kreativitasnya oleh perusahaan rekaman yang menaunginya untuk produktif mencetak album.

     Korban pun  berjatuhan, di antaranya Koes Plus yang akhirnya terjebak dalam pola musik yang sama dan tak pernah berubah.   Peluang itu lalu diisi BPB, album yang dibuat mengikuti rilis film berjudul sama yang digarap mendiang Teguh Karya dari novel karya Marga T. Sebetulnya BPB tak diperhatikan orang. Namun, setelah stasiun-stasiun radio memutarnya terus-menerus, album ini langsung jadi pembicaraan khalayak.

     Dan memang ada atmosfer yang beda jika menyimak album ini. Eros sebagai pengarah musik menampilkan nuansa yang terasa berbau Eropa. Lihatlah betapa instrumen kibor mendominasi tata musiknya. Eros bahkan menampilkan torehan lirik lagu yang romantis tanpa terjebak dengan pola-pola yang standar: patah hati berkepanjangan, meratap-ratap, dan cengeng.   Alhasil, dengan nuansa yang terasa beda, Eros bisa dianggap berhasil. “Padahal, enggak ada niat yang muluk-muluk ketika membuat album ini. Saya bersenandung, lalu Yockie dan Chrisye mengimbuhkan musiknya. Sangat sederhana, hampir tidak istimewa,” ujar Eros awal September 2006.   Menurut Eros, album ini lahir setelah pembuatan music score BPB bersama dukungan tata musik Yockie. “Ide dasar semuanya datang dari Eros. Padahal, ia justru tak terampil memainkan alat musik. Eros menyenandungkan melodi, lalu saya dan Chrisye mencari akor-akornya,” ungkap Yockie.   Lalu, ketika menggarap kasetnya bertambahlah jumlah repertoar seperti Cintaku (Eros/Debby), Merepih Alam (Eros/ Chrisye), Semusim (Eros/Debby), Serasa (Eros/Chrisye), Khayalku (Eros/Debby), Pelangi (Eros/Debby), dan sebuah instrumental bertajuk E&C&Y.

     Lagu bercorak disko ini urung ditulisi lirik karena Chrisye menganggap sukar menyanyikannya.   Debby, yang pernah berkolaborasi dengan Eros menulis music score film Kawin Lari dan Perkawinan dalam Semusim, menjelaskan bahwa sebagian lagu yang terdapat dalam kaset BPB (Irama Mas) itu melodi dasarnya sebetulnya sudah pernah digunakan pada music score Perkawinan dalam Semusim (1976), seperti Angin
Malam, Semusim, Khayalku, Cintaku, dan Pelangi.   “Sayangnya, film itu memang kurang sukses di pasaran,” tutur Debby.

     “Sebetulnya Teguh Karya membuat film BPB untuk mengambil hati produsernya karena Perkawinan dalam Semusim dianggap kurang laku dan berat,” ungkap Slamet Rahardjo, 4 Januari 2007.   BPB direkam di Studio Irama Mas dengan penata rekaman top Stanley dan menghabiskan waktu 21 hari serta dana sekitar Rp 2 juta. Menariknya, para pemusik yang terlibat dalam pembuatan album ini adalah mereka yang telah tenar dan bermain di beberapa grup rock, seperti Eros (Barong’s Band), Yockie (God Bless), Chrisye dan Keenan (Gipsy), serta Debby (Young Gipsy dan Barong’s Band).   “Beberapa melodi dari lagu Pelangi saya comot dari lagu instrumental Genesis, After the Ordeal,” ungkap Debby, yang menggemari pemusik klasik Johann Sebastian Bach. Bahkan, jika menyimak versi awal “Khayalku”, orang teringat pada komposisi instrumental Procol Harum bertajuk Repent Walpurgis.   Bahkan tak jarang kita seolah menemukan kemiripan “Merpati Putih” dengan “Leonie” nya Arjan Brass.

     Menariknya,lagu “Pelangi” dibuat dengan pengaruh arransemen musik ala “Baby What A Big Surprise” nya Chicago.Dan secara kebetulan Chrisye memiliki timbre yang mendekati Peter Cetera,mantan vokalis Chicago.Pengaruh Bob James dan Patrick Moraz tersimak pada karya instrumental “E&C&Y”.  Pengaruh semacam itu pun lumrah.  Perpaduan antara suara tenor Chrisye dan suara sopran Berlian Huaturuk menjadikan album ini bernuansa classy.  Sebuah album yang sangat inspiratif bagi musik pop Indonesia.

TRACK LIST

1.Pelangi
2.Merpati Putih
3.Matahari
4.Serasa
5.Khayalku
6.Angin Malam
7.Merepih Alam
8.Semusim
9.Baju Pengantin
10.E&C&Y (Instrumental)
11.Cintaku
12.Badai Pasti Berlalu
Kaset Badai Pasti Berlalu
(Foto Denny Sakrie)












13.Merpati Putih (Instrumental)

Renny Djajoesman Menyanyikan Karya Karya Harry Roesli

     Publik lebih mengenal Renny Djajoesman sebagai insan teater yang telah khatam dalam berbagai pertunjukan teater baik di panggung maupun layar TVRI.Kemampuan akting Renny tak diragukan lagi, apalagi Renny saat masih terikat sebagai pasangan suami isteri dengan Putu Widjaja, kerap tampil dalam pementasan teater dari Teater Mandiri yang dibentuk seniman asal Bali Putu Widjaja.
Kaset Renny Djajoesman menyanyikan
lagu-lagu karya Harry Roesli (Foto Denny Sakrie)






    Namun ternyata,Renny Djajoesman yang kerap menggunakan berbagai pernak-pernik aksesoris itu disekujur tubuhnya itu memiliki kemampuan bernyanyi.Ini dilihat oleh Harry Roesli, yang saat itu kerap bekerjasama dengan insan-insan teater diantaranya dengan Putu Widjaja.




     Akhirnya disepakatilah Renny Djajoesman menyanyikan lagu-lagu karya Harry Roesli dalam bentuk kaset.Renny Djajoesman dengan suaranya yang khas menggelegar kemudian menyanyikan karya-karya monumental Harry Roesli di era paruh 70an seperti Saya Menjurus Ke Bumi hingga L.T.O (Lima Tahun Oposisi). Penampilan Renny Djajoesman diiringi oleh Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB), band yang dibina Harry Roesli.

Titi DJ Menghidupkan Diana Nasution

     Diana (Nasution) memang bukan Rihanna,seperti yang dicelutuki rapper J-Flow dalam lagu “Dasar Lelaki” karya almarhum Melky Goeslaw dalam album “Titi To Diana” nya Titi DJ.Tapi Diana Nasution adalah vokalis pop Indonesia berkarakter kuat yang memiliki sederet hits pada dekade 80-an.Dan menjadi sah sah saja ketika Titi DJ berupaya menghidupkan Diana Nasution lewat 7 lagu yang pernah dinyanyikan Diana dengan lantang pada dekade silam itu.
     Lagi lagi sebuah album tribute.Sebuah remake atas karya karya lama yang diungkap dalam industri rekaman yang kian terpuruk dalam sektor penjualan fisik.
Banyak yang suka mencibir jika seorang artis penyanyi melakukan remake atau recycles atau apalah istilahnya.Kadang dituding tidak kreatif lagi.Bahkan yang parah dianggap sudah pudar karir musiknya.Aapalgi jika si artis sudah masuk kategori mulai “berumur”.
     Ketika terbetik kabar bahwa salah satu dari Di3va yaitu Titi DJ akan meremake lagu-lagu yang pernah dipopulerkan Diana Nasution di era 80-an,banyak yang pesimis.Apalagi karakter vokal Titi DJ dan Diana Nasution memang laksana antara langit dan bumi.
Album Titi To Diana (Foto Denny Sakrie)

     Bahkan ketika ada upaya Titi DJ merangkul Diana Nasution untuk ikut menyanyikan Jangan Biarkan karya Hanny Tuheteu,tak sedikit yang meragukannya termasuk saya.Karena saya sendiri tahu persis qua vokal Diana Nasution berikut emphasisnya yang jelas sangat bertolak belakang dengan timbre vokal Titi DJ.Pun dari sisi mazhab musik,baik Titi dan Diana berada di dua kutub musik pop yang berbeda.
   


     Diana Nasution sendiri pun ikut meragukan kemungkin berbaurnya vokal Titi dan dia dalam sebuah harmonisasi yang selaras.Tapi ingat seorang Pavarotti pun pernah mengalami hal yang sama saat berduet dengan jawara blues BB King maupun Bono dan Sting misalnya.
Walaupun tetap tak padu secara warna,namun sesuatu yang kontras pun bisa dianggap sebuah harmoni.Itu pula yang berlangsung pada duet Titi DJ dan Diana Nasution di track no.1 album yang dirilis Trinty Optima ini.
     Dalam lagu “Benci Tapi Rindu”,suami Titi gitaris Ovy /rif menyusupkan gaya rock ballad yang bernuansa eighties rock.Sebuah formula cerdik.Karena sesungguhnya lagu “Benci Tapi Rindu” dalam vewrsi orisinal memiliki pola blues rock.Pada lagu “Hapuslah Sudah” terasa nuansa musik gospel melalui arransemen choirnya.Sayangnya terdengar kurang tebal.Andi Rianto bahkan menorehkan kesan grand secara orkestral lewat lagu “Malam Yang Dingin” yang dulu dipopulerkan duet Melky Goeslaw dan Diana Nasution.
     Ada 7 lagu yang pernah dinyanyikan Diana Nasution yang diremake Titi DJ seperti “Jangan Biarkan”(Hanny Tuheteru),”Benci Tapi Rindu”(Rinto Harahap),”Hapuslah Sudah” Rinto Harahap),”Sengaja Aku Datang”(Rinto Harahap),”Malam Yang Dingin” (Minggoes Tahitoe),”Dasar Lelaki” (Melky Goeslaw) dan “Aku Tak Tahan Lagi” (Rinto Harahap).
     Para juru rias musik seperti Ovy,Andi Rianto dan Yudhis Dwikorana bersumbangsih menata album ini menjadi beragam genrenya.Mulai dari pop rock,R&B dan classy orkestral.
Titi DJ telah melakukan kerja mulia,mendokumentasikan sebagian dari karya musik pop dari amnesia sejarah musik pop yang kerap menggerogoti.

Aerosmith – I Don’t Wanna Miss A Thing

     Gombal, satu kata yang cukup untuk menjelaskan lagu ini. Tapi walaupun gombal, menurut saya kegombalannya ga terlalu lebay. :D Pujian-pujian kepada sang pujaan hati inilah yang menjadi inti lagu ini. Sang penyanyi menggambarkan hal ini dengan begitu indahnya.

Aerosmith – I don’t wanna miss a thing

I could stay awake just to hear you breathing
Watch you smile while you are sleeping
While you’re far away and dreaming
I could spend my life in this sweet surrender
I could stay lost in this moment forever

Every moment spent with you is a moment I treasure

*
I don’t wanna close my eyes
I don’t wanna fall asleep
‘Cause I’d miss you, baby
And I don’t wanna miss a thing
‘Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do
I’d still miss you, baby
And I don’t wanna miss a thing

Lying close to you feeling your heart beating
And I’m wondering what you’re dreaming
Wondering if it’s me you’re seeing
Then I kiss your eyes and thank God we’re together
And I just wanna stay with you
In this moment forever, forever and ever

back to *

I don’t wanna miss one smile
I don’t wanna miss one kiss
Well, I just wanna be with you
Right here with you, just like this
I just wanna hold you close
Feel your heart so close to mine
And stay here in this moment
For all the rest of time

Don’t wanna close my eyes
Don’t wanna fall asleep
‘Cause I’d miss you, baby
And I don’t wanna miss a thing
‘Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do
‘Cause I’d still miss you, baby
And I don’t wanna miss a thing

2x

Don’t wanna close my eyes
Don’t wanna fall asleep, yeah
I don’t wanna miss a thing

Artist: Aerosmith
Album: Nine Lives
Released: 1997
Awards: MTV Movie Award for Best Song from a Movie, more
Nominations: Grammy Award for Song of the Year, more

     Gombal, satu kata yang cukup untuk menjelaskan lagu ini. Tapi walaupun gombal, menurut saya kegombalannya ga terlalu lebay. :D Pujian-pujian kepada sang pujaan hati inilah yang menjadi inti lagu ini. Sang penyanyi menggambarkan hal ini dengan begitu indahnya.

     Ia sanggup untuk tetap terjaga hanya untuk mendengar suara nafas pujaan hatinya. Ia mampu untuk menahan kantuknya ketika melihat senyuman pujaan hatinya yang tertidur lelap dan mimpi indah. Ia sanggup menjalani semua hal ini, bahkan ia akan mengorbankan apa pun untuk tetap berada dalam keadaan seperti ini.

     Ia tak mau menutup mata, apalagi tertidur, sebab ia begitu merindukan kekasih hatinya. Ia tidak mau melewatkan apa pun yang terjadi bila ia bersama pujaan hatinya. Bahkan mimpi yang paling indah tentang diri sang pujaan hati pun tak sanggup menggantikan diri sang kekasih. Mimpi yang indah pun tak sanggup menuntaskan kerinduannya.

     Ketika sang kekasih itu tertidur, ia berbaring dan merasakan bunyi detak jantung sang kekasih. Lalu ia bertanya-tanya apa kira-kira mimpi kekasihnya itu. Ia memikirkan bahwa dirinyalah yang ada dalam mimpi sang kekasih (agak ngarep, eh).

     Dan yang paling penting adalah ia berterimakasih kepada Tuhan karena mereka bisa bersama saat ini. Ia berharap mereka selalu berada dalam momen-momen seperti ini. Ia berharap mereka dapat bersama selamanya.

Kesaksian ASTRONOT WANITA JADI MU'ALAF

Sunita Williams, seorang wanita India pertama yang pergi ke bulan pada tanggal 9-07-2011. 
Kembalinya dari Bulan langsung masuk dan memeluk Agama Islam.

Dia berkata : 
''Dari Bulan seluruh Bumi kelihatan hitam dan gelap kecuali dua tempat yang terang dan bercahaya. 
Ketika aku lihat dengan Teleskop, ternyata tempat itu adalah Mekkah dan Madinah. Di Bulan semua frekuensi suara tidak berfungsi, Tapi aku masih mendengar suara Adzan.''


Prof Lawrence E Yoseph : 
Sungguh kita telah berhutang besar kepada umat Islam, dalam Encyclopedia Americana menulis : 
"...Sekiranya orang-orang Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun shalat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memencarkan gelombang elektromagnetik .

Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas : 
Menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada !!

Beberapa astronot yang mengangkasa melihat suatu sinar yang teramat terang mememancar dari bumi, dan setelah diteliti ternyata bersumber dari Bait Allah atau Ka'bah. 
Super konduktor itu adalah Hajar Aswad, yang berfungsi bagai mikrofon yang sedang siaran dan jaraknya mencapai ribuan mil jangkauan siarannya.

Prof Lawrence E Yoseph - Fl Whiple menulis :
"...Sungguh kita berhutang besar kepada orang Islam, shalat, tawaf dan tepat waktu menjaga super konduktor itu..."

Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi. 
Radiasi yang berada di sekitar ka’bah ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam.
Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, 
artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.

Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi.

Sebab itu lah ketika kitìa mengelilingi Ka’Bah, maka seakan- akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Makkah juga merupakan pusat bumi. 
Makkah adalah Pusat dari lapisan-lapisan langit Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini.

Allah berfirman : 
‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (ar-
Rahman:33).

Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Abdullah bin Amr bin As, dahulu Hajar Aswad tidak hanya berwarna putih tetapi juga memancarkan sinar yang berkilauan. 
Sekiranya Allah subhanahu wata'ala tidak memadamkan kilauannya, tidak seorang manusia pun yang sanggup mamandangnya. 
Dalam penelitian lainnya, mereka mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. 
Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tatasurya kita.

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda : 
Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.

Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illaha illallah, Allahu Akbar

Betapa bergetar hati kita melihat dahsyatnya gerakan thawaf haji dan Umroh. Ini adalah jawaban fitnah dan tuduhan jahiliyah yang tak didasari ilmu pengetahuan ; 
yaitu mengapa kaum Muslimin shalat ke arah kiblat dan bahwa umat Islam di anggap menyembah Hajar Aswad. Hanya Allah Yang Maha Kuasa Dan Segala-Galanya.

Subhanallah ..

Monday 23 November 2015

Pak Untung, Guru Tanpa Dua Lengan yang Semangat Menularkan Ilmu

Pak Untung, Guru Tanpa Dua Lengan yang Semangat Menularkan Ilmu
   
     Meski memiliki keterbatasan fisik, yakni tak memiliki dua tangan, Pak Untung selalu giat dan semangat mengajar agama di dua tempat yang berbeda. Pertama mengajar di sebuah Madarasah. Setelah mengajar di madrasah, Pak Untung mengajar ngaji di mushola dekat rumahnya, Madura. Semua aktivitas mengajar, seperti menulis di papan tulis misalnya, ia lakukan dengan menggunakan kaki kanan.

     Kisah Pak Untung, guru tanpa tangan ini dituliskan oleh Alfathri Adlin dalam akun facebooknya. Seperti yang dikutip dari akun tersebut, gaji Pak Untung dalam mengajar madarasah adalah Rp. 300 ribu perbulan. Untuk menyambung hidup, Pak Untung mengerjakan apa saja setelah mengajar. Sore harinya, Pak Untung masih mengajar ngaji di mushola dekat rumahnya.
Pak Untung mengajar / facebook Alfathri Adlin
     Ketika Alfathri Adlin bertanya kepada pak Untung mengenai honor mengajarnya yang sangat kecil, Pak Untung bilang, "Saya sudah mengikhlaskan diri saya untuk pendidikan".

     Kisah Pak Untung, guru yang tidak memiliki kedua tangan ini diposting Alfathri Adlin sejak Rabu, 8 April lalu. Hingga saat ini, kisah Pak Untung telah di-like oleh 566 pengguna facebook, dan mendapatkan 120 shares.

Tags: #Kisah Inspirasi #Kisah Pak Untung Guru Tanpa Dua Tangan

Jackie Chan! Inilah Fakta Unik Jackie yang belum Terungkap

Hey Penggemar Jackie Chan! Inilah Fakta Unik Jackie yang belum Terungkap

Siapa yang tak tahu Jackie Chan? Aktor Asia yang sering sekali muncul dalam film action dan kungfu. Selain itu, Jackie Chan juga seorang komedian, ini dibuktikan dengan perannya dalam film yang seringkali melakukan adegan komedi.

Jackie Chan mengawali karirnya di tahun 1976, ia telah membintangi lebih dari 100 judul film, baik film Asia maupun Hollywood. Walaupun sering beradegan kungfu, lari-lari, memanjat gedung, bahkan adegan terjatuh pun, ia tidak pernah memakai stunt man (pemeran pengganti). Itulah yang menjadi ciri khas Jackie. Tapi selain itu, ada banyak fakta yang belum terungkap media.

Inilah fakta unik Jackie Chan yang belum pernah terungkap :
1. Terlahir dari Keluarga Mafia
         Jackie lahir di tahun 1954 di Hong Kong, dengan nama lahir Chan Kong-san yang berarti lahir       di Hong Kong. Ayahnya, Charles, adalah mata-mata untuk pemerintah Nasionalis Cina, sedangkan     Ibunya, Lee-Lee, seorang pemain panggung.

Jackie Chan kecil dan orang tuanya /
 ponsscelebrity.blogspot.com

 
  Kemudian ayah Jackie bergabung dengan mafia Cina, dan bersama ibunya melarikan diri ke Hong Kong dan lahirlah Jackie disana. Padahal empat orang kakak Jackie ditinggalkan di Cina. Pernah Jackie hendak dijual kepada dokter berkebangsaan Inggris seharga 26 dollar.
     Di sekolah, Jackie tidak menerima pelajaran akademik. Yang ia pelajari adalah akrobat, bela diri, seni, dan musik. Jika salah, ia akan mendapatkan hukuman fisik. Tak heran jika setiap hari Jackie selalu kena pukul.




2. Adegan Perkelahian Terbaik Jackie
Jackie Chan dan Benny "The Jet" Urquidez /
 martialartsactionmovies.com

     Dalam film Wheels on Meals pada tahun 1984, Jackie Chan beradu akting dengan Benny "The       Jet" Urquidez, seorang juara kickboxing dunia yang tak terkalahkan. Memang dalam adegan ini           Benny tidak benar-benar memukul Jackie, tapi Jackie malah memancing Benny untuk                         melakukannya. Hasilnya, adegan inilah yang terbaik.



3. Jackie hampir Meninggal karena Adegan Filmnya
Jackie Chan dalam film Armour of God /
 subwaycinema.com

     Di film Armour of God pada tahun 1986, pada adegan melompat dari tebing, Jackie Chan pernah hampir meninggal. Syuting yang dilakukan di Yugoslavia itu membuat Jackie mengalami retak pada tengkoraknya setelah jatuh dari ketinggian 12 meter. Walaupun tengkoraknya masih terlindungi, tapi ia harus kehilangan pendengaran di telinga kanannya.

4.Jackie Suka Bernyanyi
Jackie Chan ketika bernyanyi
I'll Make a Man Out of You / youtube.com

     Karena waktu kecil dilatih seni dan bermusik, tak heran jika Jackie senang bernyanyi. Ia juga telah mengeluarkan 20 album lagunya. Disney juga mempercayakan Jackie untuk menyanyikan lagu film Mulan yang berjudul I'll Make a Man Out of You, dalam bahasa Mandarin.







5. Mendapat Dua Penghargaan Guinness World Records

Jackie Chan dan dua penghargaannya /
guinnessworldrecords.com

     Pada tahun 2012, Jackie menerima penghargaan dari Guinness World Records sebagai pemegang jabatan terbanyak dalam satu film. Yaitu film Chinese Zodiac, ia memegang 15 jabatan, yaitu penulis, sutradara, aktor utama, produser, produser eksekutif, sinematografer, art director, manajer unit produksi, koordinator aksi, pria prop, bapak, stuntman, komposer, lagu tema vokalis, dan koordinator katering.
     Dia juga mendapat penghargaan sebagai aktor yang melakukan adegan stunt terbanyak. Dari 100 film miliknya, bisa dihitung ada 1000 adegan stunt yang ia lakukan.
Itulah fakta dari Jackie Chan yang belum terungkap. Tertarik untuk mengikuti jejak Jackie Chan?
Tags: #Entertainment #Film #Menonton Film Action

Smells like teen spirit ( NIRVANA ) – lyric plus chord guitar

     Pada kesempatan ini, admin ingin berbagi lirik dan chord gitar lagi lagu rock yang ngetop di era 90an ,
yaitu Smells like teen Spirite dari band rock bergenre grunge Nirvana. Kamu nanti juga bisa mempraktekkannya langsung dan belajar bersama melalui video yang akan mengajarkan lagu ini , jadi setelah hafal chord’nya jangan lupa klik videonya ya..


SMELLS LIKE TEEN SPIRIT
by Nirvana

INTRO: F5 A#5 G#5 C#5

F5 A#5 G#5 C#5
Load up on guns and bring your friends
F5 A#5 G#5 C#5
It’s fun to lose and to pretend
F5 A#5 G#5 C#5
She’s over bored and self assured
F5 A#5 G#5 C#5
Oh no, I know a dirty word
F5 A#5 G#5 C#5
Hello,  hello,   hello, how low? x4

F5 A#5 G#5 C#5
With the lights out , it’s less dangerous
F5 A#5 G#5 C#5
Here we are now, entertain us
F5 A#5 G#5 C#5
I feel stupid and contagious
F5 A#5 G#5 C#5
Here we are now, entertain us
F5 A#5 G#5 C#5
A mulatto   An albino
F5 A#5 G#5 C#5
A mosquito   My Libido
F5 E5 F5 F#5 F5 E5 F5 A#5 G#5
hey!
F5 E5 F5 F#5 F5 E5 F5 A#5 G#5
hey!

F5 A#5 G#5 C#5 F5
I’m worse at what   I do best
A#5 G#5 C#5 F5
And for this gift I feel blessed
A#5 G#5 C#5 F5
Our little group has always been
A#5 G#5 C#5
And always will until the end
F5 A#5 G#5 C#5
Hello,  hello,   hello, how low? x4

F5 A#5 G#5 C#5
With the lights out    it’s less dangerous
F5 A#5 G#5 C#5
Here we are now,  entertain us
F5 A#5 G#5 C#5
I feel stupid   and contagious
F5 A#5 G#5 C#5
Here we are now,  entertain us
F5 A#5 G#5 C#5
A mulatto   An albino
F5 A#5 G#5 C#5
A mosquito   My Libido
F5 E5 F5 F#5 F5 E5 F5 A#5 G#5
hey!
F5 E5 F5 F#5 F5 E5 F5 A#5 G#5
hey!

F5 A#5 G#5 C#5 F5
And I forget   just why  I taste
A#5 G#5 C#5 F5
oh yeah, I guess it makes me smile
A#5 G#5 C#5
I found it hard, it`s hard to find
F5 A#5 G#5 C#5
Oh well, whatever, nevermind
F5 A#5 G#5 C#5
Hello,  hello,   hello, how low? x4

F5 A#5 G#5 C#5
With the lights out    it’s less dangerous
F5 A#5 G#5 C#5
Here we are now,    entertain us
F5 A#5 G#5 C#5
I feel stupid     and contagious
F5 A#5 G#5 C#5
Here we are now,    entertain us
F5 A#5 G#5 C#5
A mulatto   An albino
F5 A#5 G#5 C#5
A mosquito   My Libido
F5 A#5 G#5 C#5
A denial!    A denial








simak videonya, guitar lesson,

sangat mudah bukan ?…karena chord’nya memang diulang-ulang saja.
So , pantengin terus blog ini ya, karena lagu-lagu keren lainnya bakal menyusul

______________________________________

Kerjasama blog :

Email : masshar2000@gmail.com
Pin : 74A6F873
______________________________________

LINGSIR WENGI - MAKNA LAGU JAWA

   
Anda yang orang jawa atau suku jawa ataupun yang sudah menetap lama di jawa tengah atau jawa timur pasti tahu dengan salah satu lagu jawa yang berjudul lingsir wengi .
     Lagu ini begitu populer dan sangat digemari oleh hampir semua kalangan, baik remaja maupun orang tua, karena lagu ini memang di buat dalam beberapa versi ,baik dangdut , congdut ( keroncong dangdut ), pop bahkan koplo.


     Selain itu juga dikarenakan lagu ini memang sebenarnya sudah ada semenjak jamannya keberadaan para wali songo ketika menyebarkan agama Islam di pulau Jawa ( lagu bersejarah ).

     Ada yang perlu digaris bawahi dalam penafsiran
masyarakat yang salah menempatkan lagu Lingsir Wengi ini sebagai lagu yang memiliki image negatif, atau menyeramkan bahkan dilarang untuk menyanyikannya dalam waktu-waktu tertentu.
 
     Konon kata mereka lagu ini bisa mendatangkan kehadiran sosok makhluk gaib yang bernama kuntilanak.

     Entah ini penafsiran dari mana, yang jelas semenjak lagu ini digunakan sebagai soundtrack film Kuntilanak, masyarakat yang tidak tahu menahu asal-usul lagu ini pun mulai memiliki pandangan yang berbeda terhadap lagu ini. Dan kebanyakan dari pandangan itu mengarah
kepada hal-hal yang berbau mistik dan negatif.

     Untuk itu, perlu dijelaskan kepada mereka bahwa pandangan mereka itu sebenarnya salah. Lagu Lingsir Wengi ini diciptakan oleh penciptanya bukanlah sebagai lagu pemanggil makhluk gaib
ataupun sejenisnya.
     Nah, untuk menjelaskannya, mari kita telusuri sejarah lagu ini.
Kita harus menyimak sejarah dan kembali ke jamannya para Wali Songo.


     Catat baik-baik ya, lagu atau kidung Lingsir Wengi ini aslinya dibuat oleh Sunan Kalijaga, yaitu salah satu wali dari Wali Songo yang terkenal di pulau jawa karena mengajarkan kebaikan
dengan mengenalkan dan mengajarkan agama Islam di tanah jawa.
     Sunan Kalijaga yang mempunyai nama kecil Raden Said ini memiliki nama-nama lain seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Dan ternyata Beliau lah
yang menciptakan kidung Lingsir Wengi tersebut.
     Sunan Kalijaga menciptakan kidung Lingsir Wengi ini dengan memakai pakem gending Jawa yaitu Macapat ( sekar macapat , baca : mocopat ).
     Pakem Macapat ini terdiri dari 11 macam pakem yang salah satunya yaitu pakem Durma yang dipakai dalam Lingsir Wengi. Dari sumber-sumber yang ada , memang biasanya lagu-lagu yang memakai Pakem
     Durma harus mencerminkan suasana yang keras, sangar, suram, kesedihan, bahkan bisa mengungkapkan sesuatu yang mengerikan dalam kehidupan. Oleh sebab itu, lagu Lingsir Wengi dilantunkan dengan perasaan yang lembut dan mendayu-dayu, tempo pelan, dan sangat menyayat hati.
     Lagu Lingsir Wengi dipakai oleh sunan Kalijaga setelah melakukan shalat malam yang berfungsi untuk menolak bala atau mencegah perbuatan makhluk gaib yang ingin mengganggu.
Selain itu makna lagu tersebut tersirat menyatakan sebuah doa kepada Tuhan.

Berikut  potongan lirik lagu asli ” Lingsir Wengi ” :

” Lingsir wengi… sliramu tumeking sirno
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro
Aku lagi bang wingo wingo
Jin setan kang tak utusi
Dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet “

Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih begini :

” Menjelang malam, dirimu akan lenyap…
Jangan bangun dari tempat tidurmu
Awas jangan menampakkan diri
Aku sedang dalam kemarahan besar
Jin dan setan yang kuperintah
Menjadi perantara
Untuk mencabut nyawamu “

     Setelah lagu Lingsir Wengi ini digunakan  sebagai lagu latar dari film Kuntilanak Indonesia membuat maknanya menjadi salah arti. Sehingga membuat para pendengar lagu tersebut menjadi ketakutan karena akan kedatangan makhluk gaib ketika mendengar lagu ini. Padahal dulunya, lagu Lingsir Wengi ini biasa dinyanyikan oleh ibu-ibu untuk menidurkan anaknya di kala malam yang sunyi, yang berfungsi agar si anak diberikan perlindungan oleh Tuhan yang Maha Pelindung.
     Tak heran lagu ini pun memiliki nama lain yaitu kidung Rumekso Ing Wengi. Maka intinya, lagu Lingsir Wengi itu bukanlah lagu pemanggil makhluk ghaib, setan, ataupun kuntilanak, melainkan lagu yang berisi pesan tersirat untuk kebaikan.

Yang penasaran , silahkan download lagu lingsir wengi.mp3

     Jadi inti dari artikel ini adalah bahwa apapun pikiran kita, jika kita berpikir positif, maka akan positif pula yang kita dapatkan. Begitupun sebaliknya. Silahkan membaca juga makna dari lagu jawa lainnya yaitu ” cublak-cublak suweng ” yang konon diciptakan oleh wali songo. Lagu ini sarat akan makna yang tidak kalah tajam dengan lagu ” lingsir wengi “.

Silahkan klik tautan berikut ini :
http://solobrita.wordpress.com/2015/05/08/makna-lagu-jawa-cublak-cublak-suweng-karya-walisongo/
…Jadi selalulah berpikiran positif , bahkan untuk yang belum kamu ketahui…

Sunday 22 November 2015

Kakek 77 tahun selalu sholat berjamaah di masjid dengan cara merangkak


Assallamu’allaikum

Ini adalah kisah nyata yang bisa jadi renungan bagi kita semua .

Adalah seorang kakek 77 tahun bernama
Di usianya yang sudah 77 tahun dengan kondisi tubuh yang cacat , tetapi tetap ke masjid terdekat setiap kali datang waktu sholat dengan cara merangkak di sokong kedua tangannya.


Kedua istri dan cucunya membersihkan dan membuatkan jalan khusus untuk sang kakek agar mudah ke masjid dan tidak tersengat panas matahari.
Dan lebih mencengangkan lagi , setiap hari jum’at , kakek ini harus merangkak 3 km , sebelum ada tumpangan kendaraan umum.
Meski demikian , beliau lebih sering mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Kakek ini benar-benar memahami keutamaan sholat berjamaah di masjid bagi kaum laki-laki seperti ditegaskan Rosullullah SAW.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rosullullah SAW bersabda :


” Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam adzan dan shaf pertama , kemudian mereka tidak mendapatkan hal itu kecuali dengan berundi atasnya, maka niscaya mereka akan berundi.
Jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam , bersegera pergi ke masjid  , maka niscaya mereka akan berlomba-lomba kepadanya.
Jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam sholat isya’ dan sholat subuh , maka niscaya mereka akan mendatangi keduanya walau dalam keadaan merangkak “. ( HR.Bukhari – Muslim )


Keimanan telah menuntun sang kakek ini meraih hidayahnya .
Lalu bagaimana dengan kita yang normal , namun masih sulit untuk sholat berjamaah ke masjid.

Ini renungan bagi kita semua,…

Tanda kiamat segera muncul? saksikan video ini

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10204190713486365&id=1782658158

Saturday 21 November 2015

alat musik tradisional indonesia


  1.      Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah Gamelan, Kendang, Kecapi, Arumba, Talempong, Sampek dan Kolintang, Rebana, Bedung, Jimbe dan lain sebagainya.
  2.      Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam, gamelan berasal dari daerah Jawa tengah, Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat disebut dengan Degung dan di Bali disebut Gamelan Bali. Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slentem, bonang, peking, gender dan beberapa instrumen lainnya. Disamping itu gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.
  3.      Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan (kambing). Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di daerah Jawa Barat kendang mempunyai peranan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi tarian, wayang dan ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang bernafaskan Islam. rebana dapat dijumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.
  4.      Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerh Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai kecapi adalah siter dari Jawa Tengah.
  5.      Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daereah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bahan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pad awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.
  6.      Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau. Talempong adalah alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, si, do).
  7.      Sampek (sampe/sapek) adlah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah Kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang dipenuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan dari daerah Tapanuli, Jungga dari Sulawesi Selatan.
  8.      Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa. Alat musik ini mempunyai tangga nada diatonis yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar dibuat dari kayu dan cara untuk memainkan alat musik ini di pukul dengan menggunakan stik.
  9.      Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur, kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.
  10.      Instrumen Musik Gesek. Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebab terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa. Rebab jenis ini dapat dijumpai di Bali, Jawa dan Kalimantan Selatan.
  11.      Instrumen Musik Tiup. Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu hampir semua daerah di Indonesia dapat dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat dijumpai di Sumatera Utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40 – 100 cm dengan garis tengah 2 cm. Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4 – 6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisional yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura dan Papua.

Taman Nasional Gunung Halimun - Salak (TNGHS)

Taman Nasional Gunung Halimun Salak
IUCN Kategori II (Taman Nasional)
Letak di Jawa
Letak Jawa Barat, Indonesia
Kota terdekat Sukabumi
Koordinat 6°48′S 106°29′EKoordinat: 6°48′S 106°29′E
Luas 1.133,57 km²
Pihak pengelola Kementrian Kehutanan


     Taman Nasional Gunung Halimun - Salak (TNGHS) Adalah salah satu taman nasional yang terletak di Jawa bagian barat. Kawasan konservasi dengan luas 113.357 hektare ini menjadi penting karena melindungi hutan hujan dataran rendah yang terluas di daerah ini, dan sebagai wilayah tangkapan air bagi kabupaten-kabupaten di sekelilingnya.
     Melingkup wilayah yang bergunung-gunung, dua puncaknya yang tertinggi adalah Gunung Halimun (1.929 m) dan Gunung Salak (2.211 m).
     Keanekaragaman hayati yang dikandungnya termasuk yang paling tinggi, dengan keberadaan beberapa jenis fauna penting yang dilindungi di sini seperti elang jawa, macan tutul jawa, owa jawa, surili dan lain-lain. Kawasan TNGHS dan sekitarnya juga merupakan tempat tinggal beberapa kelompok masyarakat adat, antara lain masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul dan masyarakat Baduy.

Sejarah kawasan
     Wilayah Gunung Halimun telah ditetapkan menjadi hutan lindung semenjak tahun 1924, luasnya ketika itu 39.941 ha. Kemudian pada 1935 kawasan hutan ini diubah statusnya menjadi Cagar Alam Gunung Halimun. Status cagar alam ini bertahan hingga tahun 1992, ketika kawasan ini ditetapkan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun dengan luas 40.000 ha, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Februari 1992. Sampai dengan lima tahun kemudian, taman nasional yang baru ini pengelolaannya ‘dititipkan’ kepada Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango yang wilayahnya berdekatan. Baru kemudian pada 23 Maret 1997, taman nasional ini memiliki unit pengelolaan yang tersendiri sebagai Balai Taman Nasional Gunung Halimun.[1]

Pada tahun 2003 atas dasar SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003, kawasan hutan BTN Gunung Halimun diperluas, ditambah dengan kawasan hutan-hutan Gunung Salak, Gunung Endut dan beberapa bidang hutan lain di sekelilingnya, yang semula merupakan kawasan hutan di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Sebagian besar wilayah yang baru ini, termasuk kawasan hutan, gunung Salak di dalamnya, sebelumnya berstatus hutan lindung.
     Namun kekhawatiran atas masa depan hutan-hutan ini, yang terus mengalami tekanan kegiatan masyarakat dan pembangunan di sekitarnya, serta harapan berbagai pihak untuk menyelamatkan fungsi dan kekayaan ekologi wilayah ini, telah mendorong diterbitkannya SK tersebut. Dengan ini, maka kini namanya berganti menjadi Balai Taman Nasional Gunung Halimun – Salak, dan luasnya bertambah menjadi 113.357 ha.

Letak dan keadaan fisik
Ci Berang lewat dekat Rangkasbitung, 
sebelum bermuara ke Ci Ujung












     Secara administratif, kawasan konservasi TN Gunung Halimun – Salak termasuk ke dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat, dan Lebak di Propinsi Banten.      Topografi wilayah ini berbukit-bukit dan bergunung-gunung, pada kisaran ketinggian antara 500–2.211 m dpl.
Puncak-puncaknya di antaranya adalah
G. Halimun Utara (1.929 m),
G. Ciawitali (1.530 m),
G. Kencana (1.831 m),
G. Botol (1.850 m),
G. Sanggabuana (1.920 m),
G. Kendeng Selatan (1.680 m),
G. Halimun Selatan (1.758 m),
G. Endut (timur) (1.471 m),
G. Sumbul (1.926 m), dan
G. Salak (puncak 1 dengan ketinggian 2.211 m, dan puncak 2 setinggi 2.180 m).
Jajaran puncak gunung ini acapkali diselimuti kabut (Sunda. halimun), maka dinamai demikian.

     Wilayah ini merupakan daerah tangkapan air yang penting di sebelah barat Jawa Barat. Tercatat lebih dari 115 sungai dan anak sungai yang berhulu di kawasan Taman Nasional. Tiga sungai besar mengalir ke utara, ke Laut Jawa, yakni Ci Kaniki dan Ci Durian (yang bergabung dalam DAS Ci Sadane), serta Ci Berang, bagian dari DAS Ci Ujung. Sementara terdapat 9 daerah aliran sungai penting yang mengalir ke Samudera Hindia di selatan, termasuk di antaranya Cimandiri (Citarik, Cicatih), Citepus, Cimaja, dan Cisolok. Sungai-sungai ini mengalir melintasi wilayah Bogor, Tangerang, Rangkasbitung, Bayah dan Palabuhanratu.

     Kawasan TN Gunung Halimun – Salak memang merupakan daerah yang basah. Curah hujan tahunannya berkisar antara 4.000–6.000 mm, dengan bulan kering kurang dari 3 bulan di antara Mei hingga September. Iklim ini digolongkan ke dalam tipe A hingga B menurut klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson. Suhu bulanannya berkisar antara 19,7–31,8 °C, dan kelembaban udara rata-rata 88%.

Keanekaragaman hayati

Kekayaan hayati kawasan taman nasional ini telah lama menarik perhatian para peneliti, dalam dan luar negeri. Banyak catatan telah dibuat, terutama setelah status kawasan ditingkatkan menjadi taman nasional, dan banyak pula yang telah diterbitkan, khususnya semasa masih bernama TN Gunung Halimun. Informasi berikut ini masih merujuk pada hasil-hasil penelitian di TN Gunung Halimun tersebut, terkecuali apabila disebutkan lain.





Vegetasi dan flora
Hutan pegunungan
Tutupan hutan di taman nasional ini dapat digolongkan atas 3 zona vegetasi.

  1. Zona perbukitan (colline) hutan dataran rendah, yang didapati hingga ketinggian 900–1.150 m dpl.
  2. Zona hutan pegunungan bawah (submontane forest), antara 1.050–1.400 m dpl; dan
  3. Zona hutan pegunungan atas (montane forest), di atas elevasi 1.500 m dpl.

     Keanekaragamannya cenderung berkurang dengan bertambahnya ketinggian. Dua petak coba permanen, masing-masing seluas 1 ha, di zona submontana ditumbuhi 116 dan 105 spesies pohon. Sementara satu plot lagi dengan luas yang sama di zona montana didapati hanya berisi 46 spesies pohon.
     Catatan sementara mendapatkan lebih dari 500 spesies tumbuhan, yang tergolong ke dalam 266 genera dan 93 suku, hidup di kawasan konservasi ini. Hasil ini diduga masih jauh di bawah angka yang sesungguhnya, mengingat bahwa TN Gede Pangrango yang berdekatan dan mirip kondisinya, namun luasnya kurang dari sepertujuh TNGHS, tercatat memiliki 844 spesies tumbuhan berbunga. Apalagi penelitian di atas belum mencakup wilayah-wilayah yang ditambahkan semenjak 2003.
     Penelitian pada zona perbukitan di wilayah Citorek mendapatkan 91 spesies pohon, dari 70 marga dan 36 suku. Suku yang dominan adalah Fagaceae, yang diwakili oleh 10 spesies dan 144 (dari total 519) individu pohon; diikuti oleh Lauraceae, yang diwakili oleh 9 spesies dan 26 individu pohon. Jenis-jenis yang memiliki nilai penting tertinggi, berturut-turut adalah ki riung anak atau ringkasnya ki anak (Castanopsis acuminatissima), pasang parengpeng (Quercus oidocarpa), puspa (Schima wallichii), saketi (Eurya acuminata), dan rasamala (Altingia excelsa). Jenis-jenis tersebut selanjutnya membentuk tiga tipe komunitas hutan yang terbedakan di lapangan, yakni tipe Castanopsis acuminatissima – Quercus oidocarpa; Schima wallichii – Castanopsis acuminatissima, dan Schima wallichii – Eurya acuminata.
     Dua plot permanen yang dibuat pada hutan submontana di ketinggian 1.100 m dpl., yakni dekat Stasiun Riset Cikaniki dan di gigir utara G. Kendeng, berturut-turut didominasi oleh rasamala (A. excelsa) dan ki anak (C. acuminatissima). Sedangkan plot permanen pada hutan montana di bawah puncak G. Botol pada elevasi 1.700 m dpl, didominasi oleh pasang Quercus lineata.
     Hutan montana di atas 1.500 m dpl. umumnya dikuasai oleh jenis-jenis Podocarpaceae, seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus), ki bima (Podocarpus blumei) dan ki putri (P. neriifolius).
     Di taman nasional ini juga didapati sekurang-kurangnya 156 spesies anggrek; diyakini jumlah ini masih jauh di bawah angka sebenarnya apabila dibandingkan dengan kekayaan anggrek Jawa Barat yang tidak kurang dari 642 spesies.

Fauna
Kongkang jeram, Huia masonii;
salah satu jenis katak yang ada di G. Halimun

Elang jawa, Spizaetus bartelsi
Ajag, Cuon alpinus

     Hutan-hutan primer dan pelbagai kondisi habitat lainnya menyediakan tempat hidup bagi aneka jenis margasatwa di TN Gunung Halimun – Salak. Tidak kurang dari 244 spesies burung, 27 spesies di antaranya adalah jenis endemik Pulau Jawa yang memiliki daerah sebaran terbatas. Dari antaranya terdapat 23 spesies burung migran.
     Wilayah ini juga telah ditetapkan oleh BirdLife, organisasi internasional pelestari burung, sebagai daerah burung penting (IBA, important bird areas) dengan nomor ID075 (Gunung Salak) dan ID076 (Gunung Halimun). Wilayah-wilayah ini terutama penting untuk menyelamatkan jenis-jenis elang jawa (Spizaetus bartelsi), luntur jawa (Apalharpactes reinwardtii), ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), celepuk jawa (Otus angelinae), dan gelatik jawa (Padda oryzivora).
     Catatan sementara herpetofauna di taman nasional ini mendapatkan sejumlah 16 spesies kodok, 12 spesies kadal dan 9 spesies ular. Daftar ini kemudian masing-masing bertambah dengan 10, 8, dan 10 spesies, berturut-turut untuk jenis-jenis kodok, kadal, dan ular. Namun, daftar ini belum lagi mencakup jenis-jenis biawak dan kura-kura yang hidup di sini.
     Mamalia terdaftar sebanyak 61 spesies. Di antaranya termasuk jenis-jenis langka seperti macan tutul jawa (Panthera pardus melas), owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis aygula), lutung budeng (Trachypithecus auratus), dan juga ajag (Cuon alpinus).
     Ancaman dan tantangan pengelolaan[sunting | sunting sumber]
Dilihat dari bentuk kawasannya, Taman Nasional Gunung Halimun Salak berbentuk seperti bintang atau jemari, sehingga batas yang mengelilingi kawasan taman nasional ini menjadi lebih panjang. Pengelolaan kawasan seperti ini lebih sulit dibandingkan dengan pengelolaan kawasan yang berbentuk relatif bulat. Apalagi di dalamnya terdapat beberapa enklave berupa perkebunan, permukiman masyarakat tradisional serta beberapa aktivitas pertambangan emas, pembangkit energi listrik panas bumi dan pariwisata. Termasuk pula permukiman-permukiman masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul.
     Banyak para petani tradisional maupun pendatang sudah tinggal di wilayah ini sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai areal konservasi. Sehingga menjadi tantangan pengelola, para pihak dan masyarakat lokal dalam mengembangkan model pengelolaan kawasan TNGHS yang lebih kolaboratif dan berkelanjutan.

Catatan kaki
  1. ^ a b c d e f Hartono, T., H. Kobayashi, H. Widjaya, M. Suparmo. 2007. Taman Nasional Gunung Halimun - Salak. Edisi revisi. JICA – BTNGHS – Puslit Biologi LIPI – PHKA. Pp. 48 + vi
  2. ^ SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003
  3. ^ Simbolon, H., M. Yoneda, & J. Sugardjito. 1998. Biodiversity and its conservation in Gunung Halimun National Park. in H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol. IV: Gunung Halimun, the last submontane tropical forest in West Java. JICA – LIPI – PHPA. Pp. v- vi
  4. ^ Wiriadinata, H. 1997. Floristic study of Gunung Halimun National Park. in M. Yoneda, H. Simbolon, & J. Sugardjito. (eds.) Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia. Vol. II: The inventory of natural resources in Gunung Halimun National Park. JICA – LIPI – PHPA. Pp. 7–13
  5. ^ Soenarno, B. & Rugayah. 1992. Flora Taman Nasional Gede Pangrango. Herbarium Bogoriense. Bogor. 375 hal.
  6. ^ Mirmanto, E. & H. Simbolon. 1998. Vegetation analysis of Citorek forest, Gunung Halimun National Park. in H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) op. cit.. Pp. 41–59
  7. ^ Suzuki, E., M. Yoneda, H. Simbolon, Z. Fanani, T. Nishimura, & M. Kimura. 1998. Monitoring of vegetational changes on permanent plots in Gunung Halimun National Park. in H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) op. cit. Pp. 60–81
  8. ^ Mahyar, U.W., & A. Sadili. 1998. Orchids inventory and their distribution in south-western part of Gunung Halimun National Park. in H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) op. cit. Pp. 21–32
  9. ^ Prawiradilaga, D.M., S. Wijamukti & A. Marakarmah. 2002. Buku Panduan Identifikasi Burung Pegunungan di Jawa: Taman Nasional Gunung Halimun. Biodiversity Conservation Project. LIPI – JICA – PHKA. Pp. 106 + iv
  10. ^ BirdLife International (2009) Important Bird Area factsheet: ID075 Gunung Salak, ID076 Gunung Halimun. Downloaded from the Data Zone at http://www.birdlife.org on 29/4/2010
  11. ^ Sidik, I. 1998. An inventory of amphibians and reptiles at Gunung Halimun National Park. in H. Simbolon, M. Yoneda, & J. Sugardjito. (eds.) op. cit. Pp. 141–147
  12. ^ Kurniati, H. 2003. An Illustrated Guide Book of Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia. Research Center for Biology - LIPI. Cibinong. Pp. 134 + iii